Pacaran merupakan stage dalam proses pengenalan pada pasangan, di mana kecocokan antara dua insan akan di"uji kelayakan". Apakah cocok melanjutkan ke jenjang pelaminan atau tidak. Sehingga satu sama lain akan mengalami prosen pencarian karakteristik, kebiasaan, kesukaan, tanggal lahir, nomor handphone sang gebetan. Pokoknya semua tentang pasangan kita, kita harus tau. Terutama orang tua si wanita sebagai pawang utama si gebetan. Tak mau kan perjuangan cinta jadi sia sia karena yang punya anak (calon mertua) nggak ngasih restu?
Namun dewasa ini pacaran telah mengalami yang degradasi moral. Arus globalisasi lewat media barat sudah berhasil mempengaruhi cerita cinta anak bangsa. Cinta dalam pacaran perlu pembuktian cinta lah, namun merujuk pada kerusakan moral dan masa depan sang kekasih. Nonto porno bareng lah, hubungan bebas, buang buang uang, hingga pelarian anak orang. Perlu kesadaran bagi kita bahwa ini merupakan invasi barat terhadap dunia percintaan Asia Timur. Ini bukan negri Romeo and Juliate, Rabunzel, ataupun film cinta bule yang identik pergaulan bebas. Dan cinta bukan sekedar SMS dan ketemuan.
Mengulas percintaan Indonesia zaman dahulu:
Pacaran zaman dahulu tak pernah mengenal yang namanya media sosial untuk stalking-in si gebetan. Perlu adanya perjuangan guys untuk sekedar tau hari ulang tahunnya, apalagi makanan kesukaannya. Kita perlu perantara, deketin dulu teman akrabnya, itung itung dia jadi "mak comblang". Itulah yang menjadikan pacaran lebih romantis dengan sensasi kejadulan. Untuk bisa nembak dan nyatain cinta secara face to face itu adalah hidup mati cinta antara ditolak dan malu malu kucing, namun pertemuan pertama secara langsung dengan si cewek dengan debar di dada itulah "great"nya. :v #duh ngomong apa sih
Mengingat komunikasi era 90an masih sepi dari yang namanya hp, surat adalah media pengungkapan rasa kangen secara "indirect". Dengan menggunakan tulisan tangan kita, kita dituntut kreatif untuk merangkai kata kata rayuan, puisi. Namun sia sia kalau puitis namun tulisan jelek? sampai minta teman nulisin biar bagus cuma buat kita dapet plus value di mata gebetan. Lalu siapa yang ngirim surat? ya, mak comblang. Lagi lagi dia yang punya peranan penting. Bukannya jadi korban cinta orang lain, namun sebagai sahabat yang harus menemani dalam merasakan duka, cita, dan cinta. #asal gak hianatin loh yaaa.
Itu cinta zaman dulu, yang penuh sensasi kebiasaan jadul yang enggak glamor, namun romansa pada pacaran yang mementingkan kebersamaan. mulai dari makan bareng di warteg, kirim salam lewat radio, kirim kartu ucapan, jemput pacar pake motor jadul. Pokoknya pacaran yang hemat, bukan atas dasar matre. Inilah pure in love. Namun ketika ada suatu tak ketercocokon dalam hubungan, cowok harus berani mutusin face to face, enggak lantaran sms, telfon. Itu nggak gentle, pecundang itu namanya.
Nyata kan perbedaan percintaan dunia barat dengan kiaa dulu? sangan ekstrim jika saya berkata. "Cinta itu buta dan tuli".
Artikel keren lainnya:
evobanner
gue salah lapak kayaknya. secara nggak pernah punya pacar hahah *tutupin muka pake barbel*
ReplyDeletesalam kenal, :)) kunjungan perdana :)
Makasih kunjungannya mas di lapak gubuk. . . . :v
Delete