Beranda · Site Map · Artikel · Kontak

Mengenal Islam Sebagai Rahmatan Lil'alamin



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
       Islam merupakan agama yang rahmatan lil ’alamiin, dalam dakwah penyebaran agama Islam, Islam sangat menjunjung welas asih maupun toleransi dalam kebebasan beragama. Tercermin dalam peristiwa fathu al makkah, Muslimin memberi keamanan bagi penduduk Makkah yang mau masuk masjid ataupun masuk dan berlindung di rumah Abu Sufyan. Hingga akhirnya dengan jalan damai, Islam mendapatkan porsi lebih di mata penduduk Makkah sehingga mereka berbondong bondong masuk Agama Islam karna hidayah-Nya.  Karena bagi Islam, mengangkat pedang merupakan jalan tengah yang akan diambil muslimin untuk mempertahankan diri dari ancaman musuh.
       Namun dalam dasawarsa ini terlihat jelas ada banyak kekerasan yang bermunculan, yang menjai ganjil adalah tindakan tersebut adalah prilaku yang demikian itu dilakukan oleh sejumlah sekte yang mengatas namakan Islam dengan dalih untuk menyebarkan agama Islam dan menegakkan kalimat tauhid di muka bumi. Tentu prilaku ini akan mengundang perspektif publik yang terkesan negative terhadap agama yang mestinya menjadi rahmat bagi dunia ini.
(Baca juga gradasi pergaulan bebas mahasiswa)

       Sebagai mahasiswa, tentu kita harus mempunyai prisai untuk menangkal radikalisme tanpa harus menjadi seorang yang jumud terhadap budaya Islam yang terkesan kuno maupun ke-arab-arab-an. Karena sejatinya Islam itu fleksibel terhadap budaya manapun selagi masih dalam koridor syar’i.
       Oleh karena itu kita sebagai agent of change, harusnya kita mampu meluruskan budaya yang menyimpang maupun tindak kekerasan tersebut agar perdamaian dunia tetap terwujud layaknya yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Dengan melandasi diri kita dengan keyakinan dalam beragama dan tau akan hakikat Islam yang sebenarnya, diharapkan kita sebagai mahasiswa yang bernafaskan Islam tak akan terpengaruh dengan arus Islam liberal yang kini mulai marak menjadi konsumsi media massa.
B.     Maksud dan Tujuan
       Dalam penulisan makalah ini, penulis ingin memberikan gambaran maupun wawasan tentang agama Islam agar kita sebagai mahasiswa yang bernafaskan nilai nilai Islam mampu mencerminkan prilaku yang benar benar Islami dan lebih lebih dapat meluruskan pemahaman yang melenceng dari akidah Islam.



BAB II
POKOK PERMASALAHAN
       Dari penjabaran latar belakang di atas, maka akan muncul pokok permasalahan sebagai berikut,
1.      Apa itu agama Islam?
2.      Apa bukti kebenaran agama Islam?
3.      Apa saja yang menjadi sumber agama Islam?
4.      Apa saja yang menjadi aspek aspek ajaran  Islam?
5.      Bagaimana karakteristik agama Islam?



















BAB III
PEMBAHASAN
1.      Agama Islam
        Seperti yang telah kita ketahui bahwa sebelum munculnya agama, bumi sangat sarat akan kabut animisme (kepercayaan kepad roh yang mendiami semua benda[1]) dan dinamisme (kepercayaan bahwa segala sesuatu mempunyai tenaga atau kekuatan yang dapat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan usaha manusia dalam mempertahankan hidup). Hingga kemudian manusia akhirnya mengendus revolusi perkembangan agama yang dikelompokkan oleh pakar agama menjadi Agama Samawi (termasuk Islam) dan Ardhi (meliputi hindu dan budha). Namun, tentu agama yang haq adalah agama Islam sesuai yang telah difirmankan oleh Allah SWT إِنَّ الدِّينَ عِنْدَ اللَّهِ الْإِسْلَامُ yang artinya “ Sesungguhnya agama yang diridhai Allah adalah Islam” (QS. Al Imran 19). Pengartian tersebut dipahami sesuai dengan penafsiran Imam Jalaluddin (mu’allif kitab Tafsir Jalalain)  yang berbunyi "إنَّ الدِّين" الْمَرَضِيّ "عِنْد اللَّه" هُوَ "الْإِسْلَام"[2].
       Kenapa dinamakan dengan agama Islam?. Seperti umumnya semua agama di muka bumi ini biasanya mempunyai nama yang dinisbatkan pada nama seorang pria tertentu, atau bisa juga dinisbatkan pada nama suatu sekte tertentu. Misalnya agama Nasraniyyah yang diambil dari nama umat pemeluknya yakni Nasrani.Namun tidak demikian pada Islam. Nama Islam ini tidak dikaitkan dengan nama lelaki tertentu maupun sekte, namun namanya itu menunjukkan akan arti khusus yang terkandung dalam kata Islam[3].
       Secara bahasa Islam diartikan dengan الانقياد والاستسلام والخضوع yang artinya pengabdian, menyerah dan menjalankan atau secara tasrif istilahi yakni dari perubahan dari kata asal kata aslama - yuslimu  -Islaman yang diartikan selamat. Dalam segi terminologi ada suatu pendapat yang mengemukakan bahwa Islam adalah : هو الاستسلام لله بالتوحيد والانقياد له بالطاعة والخلوص من الشرك ومعاداة أهله[4] ( berserah diri pada Allah dengan mengesakan, patuh pada Allah dengan taat, membersihkan dari syirik dan segala sesuatu yg kembali dalam artian syirik).

       Hakikatya semua orang yang terlahir di dunia ini merupakan dalam keadaan beragama Islam, sesuai sabda Nabi :
 حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ.[5]
Apakah orang tuanya akan menjadikannya Yahudi, Nasrani ataupun Majusi. Maka oleh orang tua merekalah nasib agama mereka digantungkan. Dan ketika mereka telah menjadi kafir, mereka harus bersyahadat untuk menjadi muslim (mu;allaf).
       Adapun menurut hadits, agama itu tersendiri didefinisikan sebagai nasihat. Mengutip dari suatu hadits yang mana diriwayatkan dari Abu Ruqayyah Tamim bin Aus ad Daari Radhiyallahu ‘anhu, sesungguhnya Nabi bersabda: “ Agama itu adalah nasihat.” Kami bertanya “untuk siapa?” sabda beliau “untuk Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya, para pemimpin umat Islam,dan bagi seluruh kaum muslimin” (HR. Muslim).[6]
       Kalimat agama adalah nasihat maksudnya adalah sebagai tiangnya agama, sebagai halnya sabda Nabi Muhammad SAW pernah bersabda demikian “ haji adalah ‘Arafah, maksudnya wuquf di ‘Arafah merupahan tiang dan bagian yang terpenting dari  ibadah haji.
       Tentang masalah penafsiran kata nasihat , Khatabi dan ulama’ lain mengatakan: Pertama, nasihat untuk Allah yang berarti beriman harus semata mata kepada Allah, menjauhkan diri dari perbuatan syirik dan sifat ingkar terhadap sifat sifat-Nya, memberikan skepada Allah sifat sifat sifat sifat sempurna dan segala keagungannya. Secara prinsip, Khatabi berkata sifat baik tersebut kebaikannya akan kembali kepada pelakunya sendiri, karena Allah tidak memerlukan kebaikan dari siapa pun.
       Kedua nasihat untuk kitab-Nya maksudnya adalah beriman kepada firman firman Allah yang diturunkan kepada Rasulnya, meyakini bahywa iu semua tak sama dengan perkataan manusia dan tidak pula dapat dibandingkan dengan perkataan siapapun. Menghormati firman Allah, membacanya dengan sungguh sungguh,melafazkannya dengan baik dengan sikap rendah hati dalam membacanya, menjaganya dari takwilan orang orang yang menyimpang, membenarkan segala isinya, menikuti hukum hukumnya, memahami berbagai macam ilmunya, dan kalimat perumpamaannya .
       Ketiga nasihat kepada Rasulnya, maksudnya membenarkan ajarannya, mengimani  semua yan dibawanya, menaati perintah dan larangannya, membelanya semasa hidup maupun sesudah matinya, melawan para musuhnya, membela para pengikutnya, menghormati haknya, memuliakannya, menghidupkan sunnahnya, mengikuti seruannya, menyebarluaskan tuntunannya, tidak menuduhnya melakukan hal yang tidak baik.
        Keempat, nasihat untuk pemimpin umat Islam, maksudnya ialah menolong mereka dalam kebenaran, menaati perintah mereka dan memperingatkan kesalahan mereka dengan lemah lembut, memberitahu jika mereka lupa, memberitahukan kepada mereka apa yang menjadi hak kaum muslim.
        Kelima nasihat kepada seluruh kaum muslim selain para penguasa, maksudnya adalah memberikan bimbingan kepada mereka apa yang dapat memberikan kebaikan bagi mereka dalam urusan dunia dan akhirat, memberikan bantuan kepada mereka, menutup aib dan cacat mereka, menghindarkan mereka dari hal hal yang membahayakan dan mengusahakan kebaikan bagi mereka .
       Hukum memberi nasihat merupakan fardhu kifayah, jika telah ada yang melaksanakan, maka yang lain akan terlepas dari kewajiban ini. Hal ini merupakan suatu keharusan yang dikerjakan sesuai kemampuan. Wallahu a’lam bis showab.
      

BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
B.     Saran
C.     Daftar Pustaka
Al ‘Ied, Ibnu Daqiq. 2001. Syarah Hadits ‘Arba’in Nawawi. Media Hidayah.
Al Islam Ushuluhu wa Mabadiiuhu. Al Maktabatusy Syamilah, Al Isdhar 2.
Shohih Bukhori. Al Maktabatusy Syamilah, Al Isdhar 2
Usulul Iman fi Dhou’i Al Kitab wa As Sunnah. Al Maktabatusy Syamilah, Al Isdhar 2.
Tafsir Al Jalalain. Al Maktabatusy Syamilah, Al Isdhar 2.


[1] KBBI
[2] Tafsir Al Jalalain Juz 1 shohifah 319
[3] الاسلام اصوله ومبادئه ج 1 ص145
[4] اصول الايممان في ضوء الكتاب والسنه اانخبه ج 1ص338
[5] Shohih Bukhori, Bab Ma Qila Fi Auladil Musyrikin, Juz 1   Shohifah 182.
[6] Syarah Hadits Arba’in Nawawi hal. 53

Artikel keren lainnya:

Belum ada tanggapan untuk "Mengenal Islam Sebagai Rahmatan Lil'alamin"

Post a Comment

Powered by Blogger.